Topeng

Mungkin telah tiba saatnya aku harus menyendiri sampai ada yang memaksaku untuk melangkah dalam kepastian. Saat ini aku benar-benar lelah akan segalanya, kehidupan ini seperti sedang merampas apa yang kumiliki. Aku selalu mencoba bangkit, tersenyum atas setiap lika-likunya, tapi tiap itu pula kegelapan menyergap menyantapnya. Sampai kapan aku harus mendramatisirkan apa yang tak seharusnya aku lakukan, topengku dimata kalian mungkin belum rusak. Namun aku telah lelah memakainya. Biarlah aku menjadi aku yang diam, kelam, seperti tak bernyawa.
Kesadaranku ini mungkin hanya berlangsung sesaat, linangan yang berkubang sekarang ini mungkin hanya sementara. Namun penyepian ini selalu menghilangkan daya pikirku. Aku lelah terkurung dalam angan yang tak pernah kuinginkan. Kalian yang selalu kuimpikanpun tak mampu untuk membuka topeng itu. Bahkan aku saat ini tak mau tersadar. Ingin aku selalu terpejam dan membayangkan kebahagiaan. Hal rumit apapun ingin rasanya aku tendang. Untuk apa aku terbuka sedang bahagia hanya sementara dan gemerlap kembali menjemputnya? Untuk apa.
Selesaikan! Ayo selesaikan! Kembali dalam kelam sesaat sesudahnya! Lupakan mereka yang tak memiliki hati mulia. Mereka yang tak pernah peduli. Mereka yang hanya memegang topengnya masing-masing. Fokus untuk ketenangan, fokus. Air mataku janganlah engkau menetes akan perjuanganku. Biarkan ketegaran yang membuat ini menjadi tangguh. Biarlah engkau tetap tersenyum dalam gelap, biarkan mereka menonton senyummu itu, biarlah. Aku ingin menjadi butir angin bahagia yang terjun dalam keabadian. Buang jauh-jauh hal yang membuatmu jenuh itu, dirimu lebih baik dibahagiakan daripada orang lain. Untuk sesaat, apatis sejenak. Cukupkan memikirkan perasaan mereka-mereka yang egois. Sekalipun mengecewakan, ingat! Itu hanya sesaat sampai ini kembali normal.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sakit! Aku Rindu