Bintang

Aku rindu pada eloknya bintang malam itu. Kedatangan mereka seakan-akan ingin menemani kesendirianku. Aku seperti tak percaya lagi pada cinta yang datang, terlalu banyak hal yang menyakitkan jika aku mengingatnya. Bintang itu kuanggap sebagai pengganti kamu pangeran tak bernamaku. Kelak jika kau sudah bernama, bintang itu pasti cemburu karena sudah tergantikan olehmu. Kamu yang belum datang saat ini mungkin sedang dihalangi oleh bintangku, mereka takut aku melupakannya jika aku menemukanmu. Lucu ya ada bintang yang cemburu pada hati manusia. Seolah ingin jatuh namun takkan kugapai. Seperti aku yang memimpikan mereka namun dicampakkan. Aku heran dengan kesendirianku ini, kadang aku bingung membedakannya dengan kesepian.
Sejujurnya aku benar-benar merindukan cahaya itu, tak seperti sekarang, padam. Aku ingin cahaya itu selalu datang menyinari kehidupanku yang kelam ini. Aku ingin mereka menjadi saksi atas kebahagiaanku nanti. Aku pernah bermimpi, sungguh. Aku bertemu dengannya, ia tampan, mapan, saleh. Ia mencintaiku selalu, tulus. Ah andai itu nyata. Aku bercerita pada seorang sahabat, dia berkata mungkin dialah jodohku nanti. Mendengarnya saja aku bahagia apalagi sampai Tuhan mewujudkannya, aku tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa syukur itu. Nikmat-Mu adalah hal yang selalu kutunggu Ya-Rabb, Aku percaya rasa pahit yang Dia berikan adalah kekuatanku dimasa datang. Sungguh aku bahagia dalam tangisan ketika mengetahui bahwa Tuhanku ini mengujiku dalam bentuk kesabaran. Tak hanya bintang, Dia-pun belum mengizinkan aku menemukannya. Demi apapun aku sudah tak sabar untuk itu. Rasa iri yang membara saat melihat orang-orang larut dalam tawa, nikmatnya merasakan cinta.
Aku suka melampiaskannya pada bintang, sebuah rangkaian tangan yang kubuat dengan cinta. Tak asing ditelinga orang memang, namun tiap-tiap bintang itu menyudutkan arti tersendiri bagiku. Aku tak ingin menuliskannya pada bintang, biarlah ia terus bercahaya dalam makna. Biarlah cahayanya menyimpan sejuta rasa yang dibuat  oleh pemiliknya, Bintang itu selalu kurangkai ketika aku bahagia. Bahagia melepaskan cinta yang pernah kuimpi tuk digapai, bahagia ketika ada yang mengerti walau sementara. Bukankah cinta itu tak harus memiliki? Jadi untuk apa dikejar? Jangankan saat bahagia, menangispun aku masih mengingatnya, kulampiaskan segala ego yang melumat dalam darahku. Ia selalu ada saat rasa apapun jua kan? Oh bintang aku benar-benar mencintaimu. Aku wanita sejuta mimpi. bintang itu kukumpulkan dan kusimpan ditempat yang aman. Akan kuberikan suatu  hari nanti kepada ia yang pantas menggantikan bintang. Bukankah pengganti itu harus yang lebih baik, bukan?
"Lebih baik sendiri, daripada harus menghabiskan waktu dengan orang yang salah" Ya, aku sangat suka dengan statement itu. Simple namun bermakna. Tipis sekali harapan kamu ketika kamu mengabiskannya dengan seseorang yang salah. Mungkin mereka tak salah, namun rencana Tuhan kadang tak sejalan dengan rencana kita. Seandainya egoku ingin meletakkan hatiku untuk seseorang yang kata-Nya bukan jodohku, lantas milik orang lain? Sekalipun seseorang itu mencintaiku? Aku bisa apa, bahkan ada saatnya nanti cintaku atau cintanya duluan yang akan pudar, entah berakhir baik atau buruk.Hatiku kadang ingin buru-buru menerima ajakannya, keindahannya. Namun ragaku hanya bisa diam. Aku wanita, biarlah aku menjadi sempurna dengan caraku sendiri, membiarkan kehormatanku tetap terjaga untuk dia yang berhak mendapatkannya. 
Lagi-lagi aku bermimpi bahwa ia akan hadir dalam waktu dekat-dekat ini. Aku pernah menyatakannya Mei lalu, namun apa? harapan itu sia. Akankah mimpi ini kembali berakhir seperti itu jua? Bismillah.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sakit! Aku Rindu