Untukmu
Hai. Assalamu’alaikum untukmu
yang tadi duduk disebelahku, menyapaku dan menatapku lalu membuka pembicaraan
mengenai hal yang kuanggap kusut sedari dulu. Apa kamu tahu akan beratnya berpikir
tentang sesuatu hal yang kamu sebut cinta itu? Aku seperti orang bodoh tadi,
terdiam dan membisu nampaknya menjadi senjataku. Aku tak tahu apa yang kau
pikirkan saat itu, apakah aku mengecewakanmu?
Tawaran cinta yang kau berikan
membuat aku terpaku. Apakah ini nyata? Aku sedikit aneh memang, namun bayangmu
selalu hadir tak menentu. Aku tak mau menyebut ini cinta, terlalu cepat. Aku takut
menyakitimu dan aku pun juga takut disakiti olehmu. Aku telah lupa caranya
mencintai dan dicintai, namun tampaknya kau mulai mengajariku secara perlahan. Memulai
semua dan melupakan kenangan yang telah kukubur jauh-jauh hari.
Cinta? Teman hidup? Aku sedikit
tertawa mendengarnya. Bukan karena tak menghargaimu, tetapi bukankah kata-kata
itu terlalu familiar untuk kita yang tengah mendekat ini? Aku sempat menatapmu
tadi, matamu seakan menghadirkan kepercayaan yang sempat kuharapkan itu. Entah
mengapa aku seperti anak kecil yang baru mengerti cinta. Hadirmu membawa kisah
baru dihidup ini. Perhatian yang kau tuangkanpun membuat aku heran mengapa kau
begitu ingin masuk kedalam hatiku sedang kekuranganpun melanda menggebukku. Apa
aku pantas menyia-nyiakan orang sebaik kamu? Orang yang aku tengah aku pikirkan
saat ini. Tak mungkin kubiarkan dirimu melepasku dengan angan yang mengambang
entah kemana. Aku hanya butuh sedikit waktu untuk membalikkan keadaan dulu,
keadaan yang tadinya kulakukan semauku dan mengubahnya menjadi kemauan ‘kita’. Beri
aku waktu. Aku terlalu percaya diri untuk menjaga diri sendiri, sehingga aku
lupa bagaimana caranya dijaga orang lain, termasuk kamu. Diperhatikanmu pun aku
heran, terlalu instan, yang biasanya kulewati dengan jalan yang rumitpun kini
sirna rasanya.
Ada satu hal yang aku ingin kau
tahu, dan kaupun sudah mengetahuinya. Aku tak pernah sekalipun melibatkan orang
tua dalam hal asmara yang tak pasti itu. Tetapi ceritamu kemarin membawaku
dalam kesadaran yang membuatku melemah. Kau bercerita tentang cerita cintamu
dengan dia. Tentang dia dan keluarganya. Sedekat itukah kamu? Sedang kini kau
datang kepadaku dan aku tak mampu membawamu ke ranah itu sama seperti dia yang
membawamu kesana maafkan aku. Maaf untuk kedekatan yang mungkin tak sempurna
menurutmu.
Comments
Post a Comment