blank
Kuimpikan secercah ceria ditempat ini. Memandangi sudut-sudut dinding beberapa waktu lalu hingga sekarang. Kosong, tiada inspirasi mengait. Kusuguhkan segenap butiran-butiran rozz berlabel biru, namun sama, semua kosong. Lihatlah tangan itu, mengotak-atik sedari tadi, beku, tiada hasil. Lalu lihatlah tubuh yang merengek memanja sedari tadi, namun diabaikan. Lihatlah orang berpakaian hitam putih dilayar itu, duduk diam tanpa suara namun masih berharap. Kursi hijau itu sejak siang acap kali memanjakan, dibalut pakaian paris yang menjemur tertindih. Sekali-kali menyambungkan kabel, sekali-kali diam, ingin terpejam namun masih berharap. Kusuguhkan butir-butir penyehat sedari siang agar tetap tanggap hingga sore kursi hijau tetaplah memanjakan, tubuh terbalut rapi dengan perniknya. Menunduk rapi tanpa gerak, sekali-kali memandangi langit-langit ruangan. Namun tetap sama, kosong. Kupandang lagi layar kecil itu, menggelisahkan. Menghembuskan nafas secara perlahan meminta sabar sejenak. Tiada suara tiada respon. Lagi-lagi aku menunggu sesuatu yang tak pasti. Diteriakkan kumpulan langkah-langkah orang bergerak pasti sedari pagi, namun kuabaikan, takut ia tak tertorehkan. Namun sayang kata hati kadang tak sesuai. Menyapa pun sekali-kali, kemudian hilang kembali. Secercah ceria yang kelabu.
Duduk diam manis didepan meja,televisi, menghadap sudut ruangan sambil menatap layar handphone seiring menanti sedari siang tadi. Menyesal tak datang pagi, menyesal tak melangkah pergi. Memaksa berangkat tergolek melemas dan masih menunggu, tertetes.
Duduk diam manis didepan meja,televisi, menghadap sudut ruangan sambil menatap layar handphone seiring menanti sedari siang tadi. Menyesal tak datang pagi, menyesal tak melangkah pergi. Memaksa berangkat tergolek melemas dan masih menunggu, tertetes.
Comments
Post a Comment