Dear my husband
Suamiku, cintai aku dengan kasihmu, karena untuk hidup bersamamu aku sangat membutuhkan itu. Suamiku, tuntun aku jika masih banyak dariku yang bukan maumu. Suamiku, jangan acuhkan aku dilingkungan keluargamu, karena itu sangat menyakitiku. Dan jika kau sangat ingin memulangkan aku, pulangkan saja aku pada ayahku jangan ibuku.
Suamiku, sebisa mungkin aku akan menjaga pernikahan kita. Tapi jika kelak kau masih saja dengan egomu dan ingin membuangku, apalah aku. Suamiku, jika kau marah padaku, marah sebentar jangan terlalu lama.
Suamiku, rumah ini kurang baik bagi kita. Kau menuruti segalanya, termasuk tidak sekasur denganku. Sedangkan untuk kebebasanmu, kau tak peduli jika ada yang melarangmu. Kau menaruhku disini, hanya menaruh, bukan untuk menuntun, mengasihi, menjadikanku istri. Apa karena bagimu aku hanya beban.
Suamiku, jika kau memang ingin melepasku, kenapa kau tidak bunuh saja aku. Kau sudah menghancurkan mentalku, sangat hancur, apalah arti sebuah fisik jika jiwaku sangat menderita. Kau membuatku menangis hampir setiap hari, apakah itu suatu kebaikan? Bukankah jika suami membuat istrinya menangis tidak akan muncul suatu keberkahan? Dan, bukankah menikah itu ibadah? Lalu apa yang kita lakukan kurang lebih satu setengah bulan ini, hanya saling menyakiti satu sama lain kah?
Tak apa jika kau belum menyayangiku, tapi setidaknya hargai aku. Tinggallah untuk waktu yang lama. Jangan banyak menghabiskan waktu diluar. Seolah kau ingin mengumumkan pada temanmu bahwa kau bosan berada dirumah. Bukankah selama ini kau sangat senang berada dirumah?
Aku takut jika kamu suatu saat pergi meninggalkanku. Tapi jika suatu saat kau memaksa untuk melepasku, percayalah aku tak akan lagi pernah kembali. Aku akan pergi jauh dari kota ini bersama anak kita. Mungkin kami tidak cocok tinggal di tanah Sriwijaya ini. Jangan pernah cepat mengambil keputusan, pikirkanlah dengan matang. Apa yang kau cari? Kebebasan?
Comments
Post a Comment